Tahun 2006 yang Berat

Tahun ini cukup berat bagiku. Tidak hanya masalah keuangan, tetapi juga masalah keluarga. Masalah keuangan memang jadi penyebab kebanyakan masalah keluarga. Sebenarnya masalah keuangan ini tidak perlu terjadi jika semua proyek dapat berjalan dengan lancar. Sayangnya: TIDAK. Padahal kebutuhan keluarga tidak pernah putus dan kehidupan harus terus berjalan.

Puji Tuhan, di tengah banyaknya deraan masalah, Tuhan begitu melimpahkan kasih-Nya padaku. Aku tidak pernah berhenti merasakan kasih Allah. Kasih Allah yang aku terima bisa dari mana saja: dari orang tua, keluarga, kakak-adik dan teristimewa dari sahabat-sahabatku. Tidak saja bantuan materi, tetapi juga bantuan rohani. Intinya Allah mendukung dan membantuku lewat siapa saja.

Sudahkah Anda juga merasakan Kasih Allah seperti halnya diriku? Yang pasti, di dalam kelemahanlah kita biasanya mengalami berkat Allah yang melimpah dan luar biasa. Jangan lupa selalu bersyukur atas semua yang telah diberikan Allah kepada kita. Terima kasih Tuhan.

4 responses to “Tahun 2006 yang Berat

  1. Betul, yang paling sulit adalah bagaimana dapat bertahan dengan iman yang teguh disaat masa2 sulit ini.

  2. Hallo Bos,
    Hidup sulit “biasanya” berbanding terbalik dengan iman. “Biasanya” orang sedang kesulitan/kesusahan baru berdoa, tetapi ketika senang-senang lupa pada Tuhan. Tetapi bisa juga orang memutuskan hal sebaliknya, mereka menolak Allah ketika sedang kesulitan, padahal salib yg dipikul sebenarnya tidak berat.

    GBU

  3. Kamu gak sendirian, aku pun merasakan hal yang sama terutama karena pendapatan per kapita eh keluarga menurun drastis. Tapi aku juga heran betapa kasih Allah sungguh besar. Di saat sangat membutuhkan “pity” ada aja bantuan datang, tiba2 dapat insentif walau gak banyak. Rasanya tiap bulan selalu tertimpa masalah yang sama. Pengeluaran dah seirit mungkin teteeeep aja gak cukup. Gimana dengan satpam yang gajinya UMR, anak 3 sekolah semua, istri gak kerja, kontrak rumah belum perpanjang? Kita lebih beruntung ya?

  4. Iya Mbak Pipit. Kasihan yang beban salibnya lebih besar dari pada kita. Semoga mereka diberi ketabahan dalam memanggul salibnya.

    Salam.

Tinggalkan Balasan ke Pipit Batalkan balasan